Wednesday 8 May 2013

Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi Muda Di Era Globalisasi



 Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi Muda Di Era Globalisasi
 Guru Matapelajaran :
Kuswiati, SP.d

Oleh :
Miftakhul Rohmah



DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 BLULUK
Tahun Pelajaran 2012/2013

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu menjadi bangsa yang berkarakter adalah impian bangsa Indonesia.
Meskipun sudah bukan hal yang baru lagi, namun harus diakui bahwa fenomena globalisasi adalah dinamika yang paling strategis dan membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai bangsa termasuk bangsa Indonesia. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai ancaman yang berpotensi untuk menggulung tata nilai dan tradisi bangsa kita dan menggantinya dengan tata nilai yang popular di negara asing.
Di era globalisasi yang tidak mampu menahan derasnya arus informasi dari dunia manapun, membuat generasi muda dengan mudah mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain, demikian sebaliknya negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk informasi dan budaya dari negara kita, disinilah karakter bangsa diperlukan karena apabila karakter bangsa tidak kuat maka globalisasi akan melindas generasi muda kita. Generasi muda diharapkan dapat berperan menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi yang semakin ketat sekarang ini.
Untuk membentengi generasi muda khususnya pelajar agar tidak terlindas oleh arus globalisasi maka diperlukan pembangunan karakter yang kuat. Membangun karakter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, meskipun tidak mudah tetapi membangun karakter sangat penting, apalagi bagi generasi muda yang merupakan komponen bangsa Indonesia yang paling rentan dalam menghadapi terpaan arus globalisasi. Karena bagaimanapun juga generasi muda kita adalah cerminan karakter bangsa Indonesia. Apabila generasi muda kita tidak menjunjung tinggi nilai dan norma menurut falsafah Pancasila maka dapat dikatakan karakter bangsa kita memudar dan hilang, bila karakter suatu bangsa hilang maka tidak ada lagi nama bangsa Indonesia di peta dunia.
Dewasa ini karakter bangsa kita dipandang sebelah mata oleh negara lain, bahkan banyak orang-orang Indonesia tidak mau mengakui bahwa dirinya berasal dari Indonesia, mereka malu menjadi orang Indonesia. Hal ini mereka akui karena banyaknya kasus yang terjadi di Indonesia. Mereka takut negara lain memandang mereka berasal dari negara teroris, atau negara para koruptor, negara yang memiliki segalanya tetapi tidak mampu mengolah sumber daya alamnya, negara bodoh, negara penonton, negara majemuk yang masyarakatnya sering ricuh antar etnis, mementingkan diri sendiri dan sukunya tanpa mempedulikan orang lain, kasus korupsi, kolusi dan nepotisme, atau negara yang tidak memiliki kualitas dalam bidang apapun.
Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa. Baik itu dari pendidikan formal, informal maupun non formal. Semua pendidikan intinya adalah membawa perubahan karakter menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Karakter bangsa masih dapat diselamatkan dan ditumbuh kembangkan melalui pembelajaran yang kontinyu. Proses pembelajaran membawa siswa kepada sosok generasi bangsa yang tidak sekedar memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki moral yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang tertanam dalam benak siswa. Seiring denga era globalisasi dan kemajuan dunia informasi, bangsa indonesia tengah dilanda krisis nilai-nilai luhur yang menyebabkan martabat bangsa Indonesia dinilai rendah oleh bangsa lain. Oleh karena itu, karakter bangsa Indonesia saat ini perlu dibangun kembali.

1.1  Rumusan Masalah
Usaha apa yang dapat kita lakukan untuk membangun karakter dalam diri seorang generasi muda dan bagaimana peranan seorang generasi muda dalam menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi sekarang ini?.

1.2  Tujuan
Untuk mengetahui usaha-usaha yang dapat kita lakukan dalam upaya pembentukan karakter Generasi muda dan peranannya dalam menghadapi berbagai permasalahan dan persaingan di era globalisasi saat ini.

1.3  Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan menggunakan study pustaka dan juga observasi langsung di lingkungan sosial masyarakat.



1.4  Sistematika Penulisan 
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah                                                        
1.2  Tujuan Masalah
1.3  Rumusan Masalah      
1.4  Metode Penulisan                                                                              
1.5  Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
2.1  Pengertian Globalisasi
2.2  Ciri-ciri Globalisasi
2.3  Proses Globalisasi
2.4  Karakter Bangsa
2.4.1        Pengertian Karakter Bangsa
2.4.2        Nilai-Nilai Karakter Bangsa
2.4.3        Pentingnya karakter Bangsa
2.5  Dampak globalisasi bagi Generasi muda
2.6  Arti penting pendidikan Karakter Menurut Beberapa Tokoh dan UUD 1945
BAB III Character Education for The Young Generation In Globalisation Era
3.1  Terkikisnya Karakter Generasi Muda Akibat Globalisasi
3.1.1        Bentuk Pengkikisan Karakter Generasi muda akibat Globalisasi
3.1.2        Penyebab terkikisnya karakter bangsa
3.2  Pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda
3.2.1        Fungsi Pendidikan Karakter
3.2.2        Lingkup Pendidikan Karakter
3.2.3        Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter
3.3  Peranan generasi muda dalam menghadapi arus globalisasi
BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan
4.2  Saran
                                                           




BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

2.2  Ciri-ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
1.      Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
2.      Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
3.      Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
4.      Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial
2.3  Proses Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena baru karena proses globalisasi sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad lamanya. Proses globalisasi lahir dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi dan komunikasi. Teknologi satelit, telepon, dan internet membuat semakin dekat, yang membuat kita seakan-akan tidak memiliki sekat penghalang dan waktu tempuh seakan-akan tidak ada. Kemajuan dibidang transportasi membuat orang lebih mudah untuk bergerak dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan waktu yang relative singkat. Pergerakan ini tidak hanya membawa pengalaman dan wawasan tentang suatu daerah melainkan kebudayaanpun lebih cepat menyebar melalui media massa maupun elektronik, seperti televise, radio, koran dan majalah yang semuanya itu merupakan alat yang sangat efektif untuk penyebaran budaya diseluruh penjuru dunia.
Globalisasi akan memberikan corak kebudayaan baru dan memberikan dampak yang luas terhadap kebebasan budaya setempat dan memperkuat kebudayaan barat dalam budaya masyarakat setempat  di negara-negara berkembang melalui suatu penjajahan baru, yaitu penjajahan kebudayaan baik itu dalam bidang sosial, ekonomi maupun dalam bidang politik. Kebudayaan baru yang bebas seperti perkembangan teknologi, informasi, telekomunikasi, dan satelit akan mengubah nilai-nilai kebudayaan masyarakat yang dimiliki oleh negara berkembang dan mengubahnya dengan visi dan misi globlisasi barat. Kebudayaan ini membuat negara berkembang lebih bergantung dan terikat dengan keputusan yang yang dibuat oleh penguasa barat.
Kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan dunia membuka perspeksi baru dalam pendekatan isu globalisasi, yaitu isu yang mengancam dunia masa kini dan masa datang.
Naisbitt dan Aburdene membuat prediksi bahwa menjelang berakhirnya abad XX, di dunia terjadi kecenderungan-kecenderungan perubahan yang besar yang sering disebut dengan istilah “ Megatrend 2000”. Megatrend itu tidak datang dan pergi begitu saja, namun akan terjadi perubahan baik dibidang sosial, ekonomi maupun politik secara bertahap. Mereka akan mempengaruhi kita untuk beberapa waktu antara tujuh sampai sepuluh tahun atau bahkan bisa lebih lama lagi.Sasaran utama untuk mencapai visi dan misi globalisasi barat di negara berkembang yaitu  generasi muda, karena pada usia inilah emosi seorang generasi muda masih labil dan pada usia generasi muda inilah seseorang mulai mencari jati diri mereka yang sebenarnya sehingga usia-usia inilah yang paling rentang terhadap pengaruh globalisasi barat. Arus globalisasi yang semakin deras yang dihadapi oleh seorang generasi muda memerlukan alat yang kuat sebagai filter dampak yang ditimbulkan, salah satunya yaitu karakter yang kuat. Dengan karakter inilah generasi muda bisa menyaring kebudayaan baru yang dibawa oleh globalisasi barat.

2.4  Karakter Bangsa ( Bagi Generasi muda )
2.4.1  Pengertian Karakter
Karakter dapat diartikan sebagai ciri khas yang dimiliki oleh seseorang, selain itu karakter yang dimiliki oleh seseorang bisa memberikan gambaran kepada kita tentang kepribadian orang tersebut. Demikian pula dengan karakter bangsa, Karakter bangsa yang dimaksudkan adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir yang dimiliki oleh sekelompok manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu, memiliki kesamaan nasib, asal, keturunan, bahasa, adat dan sejarah bangsa.
2.4.2  Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia
Ada tujuh budi utama yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia menurut Ary Ginanjar yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli yang harus dilandasi dengan empat pilar bangsa yaitu pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. ESQ mencanangkan Indonesia Emas 2020 yaitu bangsa yang bermoral dengan nilai tujuh budi utama dan akan menghasilkan generasi terbaik.
Sedangkan ada sekurang-kurangnya 17 nilai karakter bangsa yang diharapkan dapat dibangun oleh bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai karakter bangsa yang dimaksud adalah iman, taqwa, berakhlak mulia, berilmu/berkeahlian, jujur, disiplin, demokratis, adil, bertanggung jawab, cinta tanah air, orientasi pada keunggulan, gotong-royong, sehat, mandiri, kreatif, menghargai dan bertutur kata yang baik.
2.4.3  Pentingnya Karakter Bangsa
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia.
Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan  itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan  negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa lain.

2.5  Dampak globalisasi bagi Generasi muda
Era globalisasi sangat banyak membawa perubahan, baik yang berdampak positif bagi kehidupan maupun yang berdampak negatif bagi kehidupan. Dalam era globalisasi segala aspek kehidupan berangsur – angsur menagalami perubahan. Salah satu contohnya terjadi pada kehidupan generasi muda, kebanyakan generasi muda cenderung tidak bisa menyaring pengaruh globalisasi. Sehingga, banyak generasi muda yang terjebak dalam pengaruh buruk globalisasi.
Dampak dari Era Globalisasi Terhadap Generasi muda
Ø  Aspek Sosial
Bersosialisasi merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian generasi muda. Karena, mereka bisa mendapatkan banyak teman dan mereka juga bisa saling bertukar pikiran dengan teman mereka tersebut. Dengan bersosialisasi, mereka bisa menemukan hal – hal baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya dan dengan begitu, mereka akan mudah memahami satu sama lain. Dengan bersosialisasi secara benar, akan banyak hal positif yang akan didapat. Contohnya saja mereka akan banyak mempunyai banyak koneksi untuk dapat lebih banyak mengenal dunia kerja yang akan berguna bagi kehidupan mereka nanti. Akan tetapi, jika para generasi muda tidak bisa bersosialisasi secara baik yang di dapatkan hanya sebuah pergaulan bebas di luar batas yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, para generasi muda seharusnya mempunyai sebuah pegangan hidup untuk dapat memfilter dirinya dari berbagai macam dampak globalisasi.
Ø  Aspek Norma
Norma merupakan aturan tidak tertulis sebagai pedoman masyarakat dalam menjalani kehidupan yang mengikat seluruh lapisan masyarakat dan memiliki sanksi sosial. Pada saat era globalisasi sekarang ini norma – norma dalam berkehidupan sudah banyak yang di abaikan keberadaannya. Norma – norma tersebut sudah mulai terhapuskan oleh banyaknya aturan – aturan baru yang sangat membebaskan segala sesuatu, hal tersebut berdampak besar bagi para generasi muda zaman sekarang. Saat ini, generasi muda tidak lagi memperdulikan adanya aturan – aturan tidak tertulis tersebut. Banyak sekali para generasi muda yang melakukan pelanggaran atas norma yang ada pada masyarakat tersebut. Padahal, norma berperan penting dalam menegakkan ketertiban berkehidupan dalam masyarakat. Seharusnya, generasi muda dapat mempertahankan norma- norma tersebut agar ada pengendali dalam kehidupanya.
Ø  Aspek Budaya
Budaya pada saat ini sudah mulai banyak bercampur dengan budaya asing akibat dari era globalisasi. Dimulai dari budaya berpakaian, pada saat ini generasi muda berkecenderungan mengikuti budaya asing. Contohnya, sekarang sebagian generasi muda lebih suka menggunakan pakaian yang mini dan tidak lagi menyukai cara berpakaian yang tertutup dan sopan. Ini dikarenakan alasan mereka,   bahwa apabila tidak menggunakan trend pakaian  terkini maka mereka di anggap tidak trendy.
Terkikisnya budaya – budaya tradisional yang terdapat di berbagai daerah. Kurang perdulinya para generasi muda kepada budaya tradisional semakin mempercepat punahnya kebudayaan tradisional tersebut. Saat ini banyak sekali generasi muda yang tidak mengetahui apa budaya khas yang terdapat di daerah dirinya tinggal. Hal ini sangat memprihatinkan sekali, terlebih jika mengingat Indonesia yang terkenal akan berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya. Ketidak tahuan para generasi muda tersebut mengundang pihak lain untuk mengklaim budaya Indonesia menjadi budaya miliknya, padahal jelas – jelas kebudayaan tersebut adalah budaya asli Indonesia.
Selain itu dari jenis makanan yang di konsumsi, para generasi muda lebih cenderung menyukai makanan-makanan cepat saji yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan mereka apabila terus menerus dikonsumsi. Peran lingkungan diperlukan untuk dapat mengatasi masalah ini.
Ø  Aspek Pendidikan dan Tekhnologi.
Aspek pendidikan juga terkena imbas dari era globalisasi akan tetapi lebih banyak dampak positifnya, karena pada saat ini para generasi muda dapat dengan mudah mengerjakan tugas sekolah dengan  menggunakan bantuan internet. Tetapi apabila tidak bisa menggunakan teknologi dengan bijaksana para generasi muda akan mendapatkan dampak negatifnya yaitu para generasi muda akan merasa kecaduan dan mungkin bisa mengakses hal-hal yang seharusnya tidak mereka ketahui juga akan muncul budaya baru yaitu, budaya “ copy + paste”. Budaya ini membawa pengaruh buruk bagi perkembangan pendidikan para generasi muda, karena mereka hanya perlu menyalin isi dari informasi yang mereka cari tanpa mengetahui apa isi dari informasi tersebut.

2.6  Arti Penting Pendidikan Karakter Bagi Generasi muda ( Menurut beberapa tokoh dan UUU 1945)
1.      Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Penyelewengan terhadap nilai-nilai Karakter Bangsa membuat bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya yang sebenarnya. Hal ini dilihat dari lunturnya kebudayaan asli Indonesia yang telah digantikan oleh kebudayaan baru ala Globalisasi Barat. Hilangnya jati diri bangsa disebabkan oleh memudarnya nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia. Untuk mengatasi hal yang demikian maka perlu adanya suatu usaha untuk mengembalikan nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia terutama untuk para Generasi muda yaitu dengan adanya Pendidikan karakter.
Kondisi yang memprihatinkan itu tentu saja menggelisahkan semua komponen bangsa, termasuk presiden Republik Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memandang perlunya pembangunan karakter saat ini. Presiden menyatakan, “Pembangunan karakter (character building) amat penting. Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia. Bangsa kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (good society). Dan, masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala manusia-manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang bermoral, dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula”.
Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karkater manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki krakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental.
2.      Menurut KI Hajar Dewantoro
Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara dengan tegas menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter.
3.      Menurut UUD 1945
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional telah ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.





BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Terkikisnya karakter Generasi muda akibat Globalisasi
3.1.1   Bentuk Pemerosotan Karakter Generasi muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan generasi muda. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi muda sekarang, yaitu :
a.    Dilihat dari sikap, banyak generasi muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor generasi muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
b.    Fenomena lain yang mencoreng citra pelajar dan lembaga pendidikan adalah maraknya ‘gang pelajar’ dan ‘gang motor’. Perilaku mereka bahkan seringkali menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan. Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
c.    Di kalangan pelajar dan mahasiswa penggerusan moral ini tidak kalah memprihatinkan. Kebiasaan ‘mencontek’ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Mereka mencari ‘bocoran jawaban’ dari berbagai sumber yang tidak jelas. Apalagi jika keinginan lulus dengan mudah ini bersifat institusional karena direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara sistemik. Pada mereka yang tidak lulus, ada di antaranya yang melakukan tindakan nekat dengan menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak beretika juga ditunjukkan oleh mahasiswa.  Plagiarisme atau penjiplakan karya ilmiah di kalangan mahasiswa juga masih bersifat massif. Bahkan ada yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor. Semuanya ini  menunjukkan kerapuhan karakter di kalangan pelajar dan mahasiswa.
d.   Dari cara berpakaian banyak generasi muda- generasi muda kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak generasi muda yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
e.    Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi generasi muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme? Yang pasti negara kita akan mudah untuk dikendalikan oleh bangsa asing yang pada akhirnya bangsa kita akan dikuasai oleh bangsa asing.
3.1.2   Penyebab Terkikisnya Karakter Bangsa
Pada jaman sekarang perhatian anak muda hanya terpusat kepada pembangunan ekonomi dengan orientasi ke fisik. Dengan karakter demikian tak mengherankan apabila di kalangan anak muda tumbuh subur sifat-sifat materialisme, praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) serta berbagai jenis perilaku tidak terpuji lainnya. Selain itu karakter anak muda saat ini sudah abai dari pembangunan kemanusiaan, hal itu dapat kita lihat dari berbagai sisi kehidupan manusia yang selama ini luput dari pembangunan karakter, jiwa dan raga manusia, contohnya banyak terjadi kesenjangan sosial terutama dikota-kota besar, orang yang kaya akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran  dari kaum-kaum elit untuk membantu orang-orang miskin yang ada disekitarnya.
3.2  Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi muda
3.2.1   Fungsi Pendidikan Karakter
Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :
1.      Pembentukan dan pengembangan
Potensi pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga Negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila
2.      Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karaker manusia dan warga Negara Indoneisa yang bersifat negative dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga Negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.
3.      Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga Negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
3.2.2   Lingkup Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada :
·           Pendidikan Formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
·           Pendidikan Nonformal
Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
·           Pendidikan Informal
Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya.
Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan  oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam pendidikan, membangun karakter bangsa mencakup upaya untuk mencapai suatu proses internalisasi pengetahuan yang kemudian dapat berlanjut sampai dengan terjadinya suatu perubahan. Disini diperlukan adanya perubahan dari segenap komponen bangsa ini untuk sanggup melakukan pergantian atau perubahan setelah menjalani setiap proses pembelajaran.
3.2.3        Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter bagi Remaja
Dalam dunia pendidikan, keberhasilan pendidikan bukan diukur dari tercapainya target akademis siswa, tetapi lebih kepada proses pembelajaran sehingga dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku kepada siswa. Masih banyak guru-guru yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur dari tercapainya target akademis siswa, karena sebagian mereka mengajar dengan orientasi bahwa siswa harus mendapatkan nilai yang bagus sehingga dapat dianggap siswa atau guru itu telah berhasil melaksanakan pendidikan.
Jika tidak ada pembelajaran dalam pendidikan, maka hasilnya akan seperti sebelumnya, dalam arti kata tidak ada perubahan. Kita menginginkan adanya proses pembelajaran yang dapat memberikan perubahan atau dampak positif pada perilaku dan sikap pelajar kita sehingga mereka tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan secara akademik tetapi mereka dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya.
3.3  Peranan Generasi muda dalam menghadapi arus Globalisasi
Dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, karakter bangsa yang kuat sangat diperlukan, maka dituntut peran penting dari generasi muda, khususnya perannya sebagai character enabler, character builders dan character engineer. Tiga peran itu adalah :
  • Sebagai Pembangun kembali karakter bangsa (Character builder).
Di tengah-tengah derasnya arus globalisasi, peran ini tentunya sangat berat, namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda untuk menjunjung nilai-nilai moral untuk menginternalisasikannya pada aktifitas sehari-hari.
  • Sebagai Pemberdaya karakter (Character enabler)
Peran ini juga tidak kalah beratnya, selain kemauan kuat dan kesadaran kolektif dengan kohesivitas tinggi, masih dibutuhkan adanya kekuatan untuk terlibat dalam masyarakat maupun di tempat asing.
  • Sebagai perekayasa karakter (Character engineer)
Peran ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran, adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Peran generasi muda dalam hal ini sangat diharapkan oleh bangsa, karena ditangan merekalah proses pembelajaran adaptif dapat berlangsung dalam kondisi yang paling produktif.
Menghadapi globalisasi, karakter generasi muda harus lebih meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikap menghormati dan harus mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh menegaskan,  bahwa “tidak ada yang menolak tentang pentingnya karakter, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana menyusun dan menyistemasikan, sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dan lebih berbudaya”.
Meskipun begitu generasi muda nantinya masih memerlukan dukungan dari pemerintah maupun komponen bangsa lainnya, namun esensi utamanya tetap pada peran generasi muda. Hal tersebut selain karena generasi muda masih berada dalam puncak produktifitasnya, juga karena generasi muda adalah komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai di tengah-tengah derasnya liberalisasi informasi era globalisasi.

BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
1.      Pendidikan merupakan wahana yang tepat untuk menumbuhkembangkan karakter bangsa yang baik. Melalui Pendidikan dapat membangun karakter generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Karena di dalam pendidikan ada proses pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik.
2.      Peran penting dari generasi muda dalam menghadapi berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai pembangun kembali karakter (character enabler), Pemberdaya karakter (character builders) dan Perekayasa karakter (character enginee).
4.2    Saran
1.      Membangun karakter bangsa melalui pendidikan diharapkan menjadi kegiatan-kegiatan diskusi, dan penampilan berbagai kegiatan sekolah untuk itu pendidik diharapkan lebih aktif dalam pembelajarannya.
2.      Lingkungan sekolah yang kondusif membantu membangun karakter pelajar. Untuk itu benahi lingkungan sekolah agar menjadi lingkungan yang positif bagi perkembangan karakter pelajar.
3.      Membangun karakter bangsa bukan hanya tugas generasi muda, untuk itu perlu kedisiplinan tinggi bagi seluruh komponen bangsa dengan upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa










DAFTAR PUSTAKA :

·         Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa. http://www.setneg.go.id (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Kontekstual. http://agupenajateng.net (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Grand Design Pendidikan Karakter. http://pendikar.dikti.go.id (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Membangun Karakter Generasi Muda. http://www.beritaindonesia.co.id (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Kondisi Moral Bangsa Sangat Mengkhawatirkan. http://www.jpnn.com (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         Peranan Pendidikan Nasional dalam Pembangunan Karakter Bangsa. www.kemdiknas.go.id (diakses tanggal 28 Desember 2012)
·         http://kang-adek.blogspot.com/2009/01/dampak-globalisasi-terhadap.html (diakses tanggal 30 Desember 2012)